Hari ini, hari pertama Ujian Sekolah. Pelajaran yang diujikan adalah Pendidikan Kewarganegaraan dan Pendidikan Agama Islam. Adha sudah jauh-jauh hari mempersiapkan diri. Jadi, dia yakin tidak akan masalah dalam mengerjakannya. Tetapi, ada satu hal yang dikhawatirkannya. Ujian Sekolah hanya berlangsung selama tiga jam, berarti dia akan pulang jam 11.00. Biasanya, saat pulang cepat seperti ini, selalu ada bibi, pembantu di rumah, yang menemaninya, sampai mama pulang. Sebenarnya, Bibi juga tidak melakukan apa-apa, selama menemaninya. Tapi, entah mengapa, hatinya tenang karena tahu, dia tidak sendirian.
Hari ini, pasti tidak seperti hari-hari lalu. Karena sudah punya keluarga baru, satu minggu lalu, bibi mengundurkan diri dari pekerjaannya di sini. Mama, yang merasa tidak bisa mencari pengganti bibi dengan cepat, akhirnya memutuskan untuk menunggu, sambil melatih kemandirian keluarga, katanya. Padahal, kalo boleh memilih, Adha lebih suka ada pembantu di rumah. Meskipun, dia juga tidak bisa leluasa meminta bantuan bibi untuk mengerjakan tugas-tugasnya, paling tidak hatinya tenang, ada orang di rumah, saat ia pulang sekolah. Tapi, kadang-kadang orang dewasa memang berbeda jalan pikirannya. Hehehe…
Hati-hati, Adha membuka pintu dengan kunci yang sekarang selalu dibawanya ke sekolah. Dengan resah, ia melihat berkeliling. Sepi sekali. Biasanya, ia akan minta Dimas, menemaninya sampai Mama datang. Tapi, karena libur, Dimas sudah memberitahunya, bahwa ia akan berlibur di rumah pamannya, di Bandung. Jadi, sekarang ia benar-benar sendirian.
Setelah mengunci pintu kembali, seperti selalu diingatkan mama, ia langsung masuk ke kamarnya, yang memang berada di ruang depan. Tidak dihiraukannya rasa haus yang terasa. Dia belum berani masuk ke ruang tengah. Pasti gelap, meskipun siang hari. Nanti saja lah, ia akan memberanikan diri ke sana, mengambil minum. Sekarang, lebih baik tidur. Mungkin, dengan begitu, waktu tidak akan terasa lama lagi, menunggu mama pulang.
Saat bangun, jam di kamarnya menunjukkan pukul setengah dua. Waah… lama juga ia tidur. Karena belum sholat dzuhur, Adha buru-buru wudhu. Tidak masalah, karena kamar mandi berada di sebelah kamarnya. Jadi, ia masih tidak perlu masuk ke ruang tengah.
Tapi, lama-lama bosan juga tinggal di dalam kamar. Karena sedang US, hapenya disimpan mama, sampai US selesai. Mau belajar, semua materi sudah selesai dibacanya. Akhirnya, dengan jantung berdebar, dia mencoba masuk ke ruang tengah.
*****
Apa yang dialami Adha selanjutnya? Benarkah rumahnya seseram yang dibayangkannya. Cerita selanjutnya bisa disimak dalam antologi anak dengan judul Roti Kebaikan.
No Responses