Sumber : Dokumentasi Pribadi
Pilih Cicak atau Laba-Laba, membahas mengenai cara cicak dan laba-laba dalam mendapatkan makanan, dianalogikan kepada upaya manusia dalam memperoleh penghasilan. Di mana cicak harus selalu bekerja secara aktif setiap membutuhkan makanan. Sementara laba-laba, cukup bekerja di awal untuk membangun jaring (sarang) yang akan memerangkap makanannya. Sehingga dia bisa tetap makan meskipun tidak lagi bekerja membangun jaring.
Siapa Penulis Buku Ini?
Isa Alamsyah adalah seorang penulis yang sudah mencoba kedua pola, baik seperti cicak maupun serupa laba-laba. Akhirnya, setelah mantap memilih hidup mengikuti pola laba-laba sebagai pebisnis penerbitan yang dilengkapi dengan konsultasi penerbitan, workshop kepenulisan, seminar motivasi, dan produksi film, dia memberlakukan sebuah kebijakan. Yaitu, membiarkan setiap pegawainya untuk mencoba filosofi serupa. Kebijakan ini membuat para bawahan tersebut tidak hanya bekerja sebagai cicak di perusahaan penerbitannya, melainkan juga berupaya menjadi laba-laba untuk mengejar berbagai impiannya.
Untuk Siapa Buku Ini?
Buku ini dipersembahkan untuk mereka yang membutuhkan pencerahan mengenai pola dalam mendapatkan penghasilan, sehingga bisa memilih sesuai keinginan dan komitmen yang bersedia diupayakan.
Buku ini juga bisa dibaca oleh siapa saja yang membutuhkan motivasi bisnis, tanpa memandang tingkat pendidikan. Sebab bahasanya yang ringan dan sederhana, sangat mudah dipahami sehingga bisa langsung dipraktekkan.
Apa yang Dibahas Buku Ini?
Upaya cicak dan laba-laba dalam mendapatkan makanan, sebenarnya bisa menjadi inspirasi manusia dalam memperoleh penghasilan dan penghidupan sehari-hari.
Semua orang tahu apa yang dilakukan cicak dan laba-laba dalam mendapatkan makanannya untuk bertahan hidup. Dengan bentuk tubuh dan jenis makanan yang hampir sama, baik cicak maupun laba-laba ternyata menempuh cara yang berbeda untuk memenuhi kebutuhannya. Cicak harus sabar bersembunyi untuk menunggu nyamuk atau serangga lain lengah dan terbang di dekatnya. Sehingga bisa ditangkap dan dimakan oleh cicak.
Sedangkan laba-laba, membutuhkan kesabaran juga, untuk membangun jaring guna memerangkap calon mangsanya. Jika cicak bisa jadi hanya butuh waktu selama beberapa menit untuk menunggu makanannya, laba-laba butuh hitungan jam untuk melakukan hal serupa. Bedanya, jika cicak hanya bisa makan ketika ia bekerja untuk mencarinya, laba-laba bisa tetap mendapatkan makanannya ketika dia tidur. Sebab, jaring yang sudah dikerjakan berjam-jam dengan penuh kesabaran, telah mengambil alih pekerjaannya dalam mencari makanan. Sehingga dia cukup menunggu, melihat dan memangsa serangga yang terjebak dalam jaringnya tanpa harus bersusah payah lagi.
Dalam rangkuman ini kita akan belajar memahami filosofi penghidupan yang dilakukan cicak dan laba-laba. Sehingga bisa memilih dan menerapkannya dalam kehidupan kita sehari-hari sesuai kebutuhan dan impian yang kita perjuangkan.
Hal-hal menarik yang bisa kita pelajari antara lain:
- Filosofi apa saja yang dapat ditangkap dari cara cicak dan laba-laba dalam memenuhi kebutuhan hidupnya?
- Bagaimana pola cicak dan laba-laba bisa dianalogikan kepada aktivitas kerja manusia?
- Mana yang akan kita pilih, cara cicak atau laba-laba?
- Mengambil pilihan terbaik dan berani membayar harganya.
Membandingkan Cicak yang Aktif dan Laba-laba yang Sabar dalam Mencari Penghidupan.
Banyak hal bisa diperbandingkan antara cicak dan laba-laba, meskipun ada pula yang serupa. Cicak dan laba-laba sama-sama binatang kecil yang merayap, tetapi makanannya adalah makhluk yang jauh berbeda dengannya. Bila dilogika dengan pikiran sederhana, sulit sekali menjadi cicak dan laba-laba. Sebab jika mereka merayap, tetapi, makanannya adalah hewan terbang yang bisa berada jauh dari jangkauan. Namun, tak ada satu pun yang menyesali kondisi tersebut. Karena Allah Swt sudah menakar rezeki disesuaikan dengan kondisi mereka masing-masing.
Menjadi cicak selalu penuh semangat, karena apa yang dilakukan langsung memberi hasil. Hal ini berbeda dengan hasil yang diperoleh laba-laba. Dia harus menunggu alat bantu selesai lebih dahulu, baru bisa mendapatkan hasil.
Cicak harus bekerja menggunakan aset tubuhnya sendiri, maka dia hanya bisa mendapatkan makanan dengan mencarinya. Jika dia tidur, otomatis tak ada makanan yang bisa ditangkapnya. Berbeda dengan laba-laba. Karena dia menggunakan jaring untuk mendapatkan makanan, maka jaring tersebut bisa menggantikan kehadiran laba-laba untuk menyediakan makanannya.
Cicak memperoleh makanan untuk saat itu saja. Dia tidak bisa menyimpan makanan hasil tangkapannya. Sedangkan laba-laba, karena bukan menangkap makanan menggunakan anggota tubuhnya, makanan bisa disimpan selama jaring yang menjadi alat bantu mendapatkan makanan, tetap utuh. Sehingga dia selalu bisa menyimpan makanan dalam waktu lebih lama.
Cicak tidak bisa menyimpan makanan untuk dirinya sendiri, apalagi untuk keluarganya. Jadi ketika dia mati, maka tidak ada lagi makanan yang dihasilkannya. Sementara laba-laba, dengan aset jaringnya, bisa mewariskan makanan yang didapat, untuk keluarganya. Sehingga meskipun sang laba-laba sudah mati, jaring tersebut tetap bisa digunakan untuk menghasilkan makanan bagi keluarganya.
Jika ditanya, bisa jadi cicak ingin menjadi laba-laba, yang tetap bisa mendapatkan makanan meskipun tidak bekerja. Namun, cicak tidak bisa berubah menjadi laba-laba, sehingga dia hanya bisa menerima takdir dan menjalani hidupnya. Berbeda dengan manusia yang memiliki akal dan pikiran sendiri. Meskipun tidak bisa mengubah tubuh seperti cicak, kita bisa mengubah cara mencari penghidupan menjadi seperti laba-laba yang memiliki aset. Hanya saja, butuh komitmen dan kerja keras untuk bisa mewujudkannya.
“Pola cicak bekerja untuk menghasilkan uang. Pola laba-laba bekerja untuk menghasilkan aset, lalu aset menghasilkan uang”
-Isa Alamsyah-
Bekerja Keras Seperti Cicak atau Berusaha Secerdas Laba-laba?
Pola kerja cicak yang terus bekerja keras, untuk mendapatkan makanan, sama seperti para pegawai dan pekerja lepas yang memiliki usaha sendiri. Mereka bekerja keras menghasilkan uang. Membarterkan waktu dan tenaganya untuk mendapatkan penghasilan. Sedangkan laba-laba serupa pekerja cerdas. Pada saat awal, dia tidak hanya menggunakan waktunya untuk bekerja, melainkan juga untuk membangun aset. Sehingga ketika asetnya sudah bisa bekerja sendiri, dia pun leluasa bekerja sesuai keinginannya. Tidak lagi merupakan keharusan, melainkan untuk kesenangan dan pengembangan diri.
Serupa dengan analogi cicak dan laba-laba, Robert T Kiyosaki membahas pola ini melalui cash flow quadrant-nya. (“Cash flow quadrant”, Robert T. Kiyosaki, 1998). Dia membagi cara manusia bekerja dalam dua kuadran. Kuadran kiri adalah mereka yang bekerja untuk menghasilkan uang–sama seperti pola cicak. Sedangkan kuadran kanan adalah para pekerja cerdas yang membuat uang bisa bekerja untuk mereka–sama seperti laba-laba.
Kuadran kiri, adalah semua yang bekerja keras seperti cicak. Mereka harus mengorbankan waktu, tenaga dan pikiran untuk menghasilkan uang. Mereka yang bekerja keras seperti ini pun terbagi lagi menjadi dua, yaitu yang bekerja untuk orang lain dan berusaha atas nama sendiri. Meskipun antara pegawai level bawah (buruh, petugas kebersihan dan pekerja kasar lainnya) dengan pekerja level atas di tingkat manajer, kedudukannya berbeda, tetapi, pola aktivitas mereka sama saja. Keduanya sama-sama bekerja untuk menghasilkan uang. Artinya, mereka hanya mendapatkan uang jika bekerja.
Kelompok kedua dalam kuadran kiri adalah orang-orang yang bekerja sendiri. Artinya, bosnya adalah diri mereka sendiri. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah tukang ojek, supir taksi, pengacara, dokter dan sebagainya. Namun, meskipun mereka tidak bekerja untuk orang lain, polanya tetap sama, yaitu mereka harus bekerja untuk mendapatkan penghasilan. Sama seperti pola cicak.
Keadaan yang berbeda terjadi pada kuadran kanan. Golongan di kuadran kanan adalah mereka yang cerdas membangun aset sehingga bisa bekerja menghasilkan uang untuk mereka. Persis seperti laba-laba yang membangun jaring untuk menjerat mangsanya.
Sama seperti pada kuadran kiri, kelompok di kuadran kanan pun terbagi menjadi dua, yaitu pemilik bisnis dan investor serta inventor. Jika pemilik bisnis masih harus bekerja keras di awal untuk membangun aset–selanjutnya aset yang akan bekerja sendiri menghasilkan uang, maka investor dan inventor lebih dahsyat lagi. Seorang investor hanya perlu menanamkan modal kepada para pemilik bisnis. Selanjutnya, para pemilik bisnis akan menggunakan uang ini, untuk menghasilkan uang baru ke dalam pundi-pundi para investor. Sedangkan inventor cukup memiliki sebuah penemuan yang spektakuler yang menghasilkan hak cipta berkelanjutan. Inilah orang-orang cerdas yang mengikuti pola seperti laba-laba. Mereka tidak perlu terus menerus bekerja keras, karena sudah terbentuk aset atau karya yang bisa menghasilkan uang untuk mereka.
Tetap Menjadi Cicak atau Memilih Bertransformasi Menyerupai Laba-laba?
Jika cicak hanya bisa berkhayal menjadi laba-laba dan harus menerima takdir apa adanya, maka manusia punya kesempatan mengubah nasib. Kita hanya perlu melakukan lompatan untuk mengubah cara mendapatkan penghasilan. Seorang pegawai atau buruh bisa melakukan lompatan dan menjadi pengusaha yang memiliki bisnis sendiri. Sopir angkot bisa mengubah pola kerja menjadi seperti laba-laba dengan menjadi juragan angkot. Seorang dokter juga bisa memiliki passive income dan menjadi golongan kuadran kanan, dengan memiliki klinik atau rumah sakit sendiri.
Ada beberapa pilihan cara dalam melakukan lompatan revolusioner untuk bertransformasi menjadi seperti laba-laba yang cerdas. Salah satunya adalah dengan menjadi penulis. Sama seperti pola laba-laba yang bekerja keras saat membangun jaring, seorang penulis juga bekerja keras saat menulis satu buku atau menghasilkan sebuah karya. Namun, setelah buku atau karya tersebut selesai dan terbit, apalagi kemudian menjadi best seller, uang akan terus mengalir meskipun pekerjaan menulisnya sudah selesai. Apalagi jika ditambah diterbitkan oleh penerbitan milik sendiri, dengan kegiatan bedah buku atau kegiatan pelatihan kepenulisan yang dikelola event organizers milik penulisnya sendiri. Lebih banyak lagi uang yang akan mengalir, hanya dari satu buku. Selain penulis, para blogger, script writer dan content writer juga masuk dalam kategori ini.
Usaha yang menghasilkan lompatan revolusioner lainnya adalah bisnis online. Baik online shop, drop shipping, YouTube AdSense dan pay per instal aplikasi android termasuk dalam kelompok ini. Sebab bisnis berbasis internet meniadakan banyak hal yang seharusnya dimiliki oleh bisnis offline. Salah satunya adalah lokasi. Jika bisnis offline sangat bergantung oleh lokasi, lokasi dan lokasi, maka bisnis online memfasilitasi semua lokasi. Artinya, toko berbasis online bisa berada di semua lokasi yang penting, karena jangkauan internet tidak terbatas.
Bisnis rumahan atau home industry, merupakan salah satu upaya lainnya untuk melompat ke kuadran kanan. Sebab, sebuah bisnis rumahan yang bagus, dengan sistem yang sudah teruji, bisa diwaralabakan. Namun, jika pemiliknya tetap harus bekerja untuk mengendalikan sistem, maka bisnis seperti itu, masih termasuk dalam kuadran kiri juga. Kecuali, jika dia bisa menggaji orang untuk melakukannya.
Multi level marketing atau MLM termasuk dalam bisnis yang bisa menjadi solusi lompatan revolusioner. MLM memungkinkan berbagai hal yang sebelumnya tidak bisa dilakukan jika ingin mengembangkan sebuah bisnis. Yaitu, hanya membutuhkan modal, risiko dan biaya operasional yang relatif kecil, waktu dan tempat yang fleksibel serta sistem yang bisa dijalankan. Sehingga seorang pelaku MLM tidak harus pintar dan ahli. Dia hanya perlu teachable (mau belajar) dan setia pada kunci sukses yang diajarkan oleh jaringannya. Menjalankan sebuah bisnis MLM bisa menjadi solusi lompatan revolusioner, karena hanya dengan mengikuti pola duplikasi saja, pelakunya akan memperoleh hasil yang menakjubkan dalam hitungan bulan.
“Melakukan lompatan konvensional untuk menjadi kelompok kuadran kanan, akan penuh risiko, maka pilih lompatan revolusioner yang aman dan menjanjikan lebih dan mampu diupayakan”
-Isa Alamsyah-
Pengambilan Keputusan yang Tepat Akan Membutuhkan Komitmen yang Kuat.
Tetap menjadi cicak atau bertransformasi menyerupai laba-laba–meskipun menjanjikan, hanya merupakan sebuah pilihan. Seperti banyak pilihan lain, dalam mengambil keputusan ini pun ada harga yang harus dibayar, yaitu kesungguhan atau komitmen kuat untuk melakukannya. Jika kita tidak bisa menyediakan semua yang dibutuhkan, lupakan saja kemungkinan berpindah ke kuadran berbeda.
Cerita sang penulis buku ini dalam melakukan transformasi sehingga menjadi kelompok kuadran kanan, bisa menjadi inspirasi. Beberapa bisnis yang menjanjikan perpindahan kuadran tersebut sudah dijalaninya. Modal terbesar yang dimilikinya sehingga sanggup berkomitmen untuk bertransformasi adalah impian. Dia memiliki impian bisa seperti laba-laba, yang bisa tidur atau melakukan kegiatan lain yang disukai, tetapi tetap menghasilkan uang. Sehingga akhirnya memiliki sebuah penerbitan besar yang menerbitkan bukan hanya buku para penulis hebat, melainkan juga menerbitkan bukunya sendiri di sana. Membentuk komunitas menulis yang bisa memberikan passive income berkelanjutan. Memiliki beberapa online shop yang sekarang sudah bisa bekerja sendiri tanpa dia harus ikut campur secara full.
Menjadi seperti laba-laba yang tetap menghasilkan uang meskipun tidak lagi bekerja, memang menyenangkan. Namun, pola ini hanya berlaku bagi mereka yang menginginkan kebebasan waktu dan uang. Sehingga bisa melakukan apa pun, kapan saja serta selalu memiliki uang untuk mewujudkannya. Jika bukan hal seperti itu yang menjadi keinginan kita, maka tidak perlu memilih pola kerja seperti laba-laba.
Cara kerja laba-laba hanya pas untuk mereka yang bermimpi bisa menentukan jalan hidup sendiri–tidak bergantung pada orang lain, karena memiliki aset produktif. Jika ini bukan yang diimpikan, atau merasa selalu membutuhkan orang lain untuk mengambil keputusan, maka tidak perlu melakukan lompatan revolusioner.
Pendekatan pola laba-laba hanya sesuai bagi orang yang berharap saat tua nanti akan memiliki waktu lebih banyak bersama keluarga dan anak-anak karena memiliki sumber penghasilan passive income. Jika memiliki passive income bukan hal yang diharapkan, tidak perlu memilih bertransformasi menyerupai laba-laba.
Pola kerja seperti cicak atau laba-laba memang hanya pilihan. Artinya, boleh dipilih atau tidak. Sebab, setiap pilihan tersebut ada konsekuensi yang harus dilakukan. Sehingga tergantung tujuan dan impian kita, untuk berkomitmen terhadap konsekuensi tersebut. Namun, sebelum memilih, pertimbangkan dulu segalanya dengan matang. Supaya tidak menimbulkan penyesalan di belakang. Jangan sampai ketika sudah menentukan pilihan, tetapi melihat sahabat memilih jalan berbeda, menjadi menyesal, dan hidup dalam penyesalan berkepanjangan. Jadi, pilihlah dengan bijak.
Hal-hal yang Bisa Disimpulkan dari Buku Ini.
Cicak yang aktif mencari makanan saat butuh dan laba-laba yang bisa mendapatkan makanan dengan menggunakan jaring, bisa dianalogikan dalam kerja manusia untuk mendapatkan penghasilan.
Pekerjaan manusia pun, bisa dianalogikan seperti itu. Konsep pola seperti itu, dijelaskan dalam cashflow quadrant. Di mana mereka yang harus bekerja aktif untuk mendapatkan penghasilan masuk dalam kuadran kiri. Sedangkan mereka yang bisa membangun aset–serupa jaring laba-laba, merupakan kelompok kuadran kanan.
Kuadran mana pun yang akan dipilih, membutuhkan konsekuensi masing-masing yang harus diperjuangkan. Pastikan memahami konsekuensinya, sebelum memutuskan untuk melakukannya.
Pola kerja mana pun yang dipilih, tergantung kebutuhan hidup dan impian kita masing-masing. Namun, untuk mewujudkannya butuh komitmen dan kerja keras yang harus dipastikan mampu kita upayakan.
No Responses