Saya selalu senang menyelipkan makanan dan minuman dalam gambar resensi buku. Ngga tahu kenapa, mungkin karena biasanya saya sering membaca sambil makan dan minum sesuatu. Tapi, untuk yang sedang diet, jangan ditiru ya. Bisa-bisa hitungan kalorinya kacau setelah buku selesai. 😀
“Kamu bukan Kamu”, sebenarnya buku fisik ketiga Uni Nesri dan karya ke sekian dari penulis kesayangan, yang saya baca. Tetapi, merupakan karya pertama yang saya review. (Jangan galfok dengan cara panggil saya, ya. Karena memang pernah bersua beberapa kali dalam kegiatan di Ibu Profesional, jadi berasa dekat aja).
Jujurly, saya selalu berbinar-binar membaca karya Uni Nesri. Temanya unik dan biasanya membuat saya berdecak kagum, “kok keren banget sih pilihan temanya.” Dan khusus tema-tema yang agak “nyeleneh” jika disandingkan dengan sosoknya yang imut dan kalem, kadang seperti tak percaya, beliau yang menulisnya. 😅
Tentang Buku Ini
Menurut penulisnya, buku ini merupakan novel ketiga. Berarti tiga-tiganya sudah saya punya. Namun, ini merupakan novel pertamanya yang bergenre science fiction.
Buku ini berkisah mengenai kegamangan eksistensi diri sebagai akibat inner child yang parah. Trauma masa kecil menjadikan lakon dalam buku ini memiliki karakter unik yang mengundang berbagai respon.
Tetapi, jangan salah. Kegamangan yang digambarkan bukan mengenai karakter, melainkan tentang pemikiran ketuhanan. Buat lakon buku yang punya bibit emas sebagai keluarga bangsawan, berpikir bahwa setiap orang selalu mengatur dirinya sendiri. Tidak ada eksistensi mutlak yang mengendalikan semuanya.
Namun, akibat penelitian yang dilakukan, pemikiran ini ambyar, karena mereka menghadapi fenomena menakjubkan yang sulit dirasionalkan. Akibatnya, pemikiran ini pun berubah.
Out of the box
Seperti yang biasa ada di hampir semua karyanya, Uni Nesri juga menyajikan tema yang uniq di buku ini, bahkan bisa dibilang out of the box. Sehingga pasti berbeda dengan karya lain yang beredar di pasaran.
Kisah cinta yang diselipkan, meskipun hampir serupa dengan kisah cinta pada umumnya, tetapi cenderung memiliki konteks yang spesial. Sehingga selalu menyegarkan.
Diawali dengan kisah tentang percobaan untuk mengukur kapasitas otak manusia dan apakah bisa dipisahkan antara kesadaran dan memori otak. Walau disampaikan dengan bahasa teknis yang tidak begitu saya pahami, tetapi poinnya tetap bisa ditangkap.
Pembahasan yang out of the box juga yang membuat saya berulang kali menanyakan PO dari naskah beliau yang lainnya. Karena selalu penasaran tentang pemikiran apa lagi yang akan diusung Uni.
Kekuatan Riset
Salah satu kekuatan dari buku-buku Uni yang lainnya adalah kuatnya riset yang dilakukan untuk membuat setiap bukunya — termasuk buku yang sedang kita bahas ini, bisa dipahami dan on track dengan temanya.
Saya pernah menanyakan langsung pada beliau tentang bagaimana bisa menuliskan dengan detail pandangan yang agak “nyeleneh” dalam banyak bukunya. Jawabannya adalah, Riset. Jadi, menurutnya setiap tema yang akan ditulis, pasti diriset terlebih dahulu. Sehingga tiap karakter, alur cerita maupun setting tempat dan waktu, bisa nyambung.
Menakjubkan, ya apa yang bisa dilakukan sebuah riset mendalam terhadap isi buku yang kita tulis. Dan di buku ini, selain membuatnya unik riset yang Uni lakukan juga membuatnya kaya dengan informasi yang benar dan detail tentang semua yang disampaikan.
Konflik yang Beragam
Satu hal yang wajib ada dalam sebuah cerita adalah konflik. Saya sendiri sulit sekali menyusun sebuah konflik yang membuat alur cerita jadi menarik. Bisa jadi karena saya seringkali menghindari konflik dalam kehidupan pribadi, sehingga sulit juga menuangkannya dalam cerita. Tetapi Uni, menurut saya merupakan satu dari beberapa penulis terbaik yang berhak mendapat anugerah sebagai ratu konflik. 🤩
Ada saja yang bisa dijadikan konflik. Bahkan sesuatu yang sesederhana salah membuat akun atau lupa password. Dan di buku ini konflik yang disajikan pun tetap membuat saya geleng-geleng kepala. Kok bisa ya, memaparkan konflik seberat ini, dengan bahasa yang mudah dipahami dan masuk akal. Sehingga alur cerita juga tetap rasional.
Ending yang Tidak Mudah Ditebak
Satu keistimewaan lagi dari banyak cerita yang ditulis Uni, adalah ending yang tidak mudah ditebak. Saya sendiri sudah beberapa kali salah memperkirakan akhir cerita yang ditulis Uni — termasuk akhir cerita di buku ini. Bisa jadi ini akibat alur berpikir saya yang sedang eror. 😀 Tetapi seringnya karena Uni memang piawai membuat konflik sehingga sanggup mem-blurkan akhir cerita.
Jadi, begitu lah. Kamu mungkin merasa tahu, mengenai isi buku yang ditajuk “Kamu bukan Kamu” ini saat membaca judulnya. Tetapi, percayalah, penjelasannya tidak sesederhana yang kamu pikirkan. Ngga percaya? Buktikan sendiri dengan memesan buku ini kepada penulisnya langsung, ya. Yang bisa dikontak melalui akun FB-nya Nesri Baidani.
Selamat memesan dan selamat membaca ….
No Responses