Jangan Rindu. Berat.
Biar aku saja.
~Dylan~
Pernah merasakan Rindu? Pasti pernah, deh. Seperti ungkapan Dylan di atas, “Jangan rindu, Berat. Biar aku saja.” Tapi kerinduan yang akan saya bahas di sini bahkan lebih berat dibanding rindu yang dibahas Dylan, yang diungkapkan dalam sepucuk surat kepada yang dirindukan. Seperti apa, sih?
Yuk, kita simak bareng.
Assalamualaykum …
Sayang,
Delapan tahun kepergianmu, tidak akan pernah membuatku melupakanmu. Sebab, kaulah makhluk pertama yang membuatku menjadi seorang Ibu.
Tubuhmu yang mungil karena memang belum waktunya terlahir, makin membuatku khawatir akan membuat kesalahan dalam merawatmu. Tetapi, syukurlah, kau tumbuh cemerlang dan bahagia.
Namun, rupanya waktu kami bersamamu amat terbatas. Kebersamaan kita begitu singkat. Hari di mana kau mendadak pergi, membuat kenangan yang melekat erat. Sebab, saat itulah kami belajar peka terhadap detail, dari apa pun yang sedang terjadi.
Alif Rizky Patria.
Nama yang telah kau ukir sendiri dengan begitu indahnya:
Aku adalah manusia yang berhati lembut
Lama-lama hatiku merasa tidak enak
Ini adalah perasaan sedih
Fasti suatu saat nanti aku akan tersenyum dengan ikhlas
Rasa hatiku sekarang sudah tidak sedih
Ini adalah tahap pertama untuk menjadi orang yang murah senyum
Zadi Allah pasti akan menyayangiku
Ku akan selalu mengingat sahabatku sampai maut menghampiriku
Ya, aku akan berjanji pada diriku sendiri
Pan aku pasti tidak berbohong, aku berada di antara
Amalan surga dan neraka
Tapi Allah yang menentukannya
Ragaku ini hanya sementara
Indahnya bila masuk surga
Aku akan kekal di sana
~Alif Rizky Patria~
Juga beberapa tulisan ungkapan hatimu yang sempat kami abadikan:
Semua sahabat sama saja, yang membedakan adalah taqwa
~Alif Rizky Patria~
Tak seperti lautan yang airnya menghembus ke karang, aku orang yang tak berdaya bila mendapatkan dosa.
~Alif Rizky Patria~
Semua kebijakan terdapat di balik keberanian, kesuksesan di balik kepercayaan dan kehidupan berada di tangan kita.
~Alif Rizky Patria~
Hidup memang bukan segalanya, tapi kita harus mensyukuri hidup.
~Alif Rizky Patria~
Semua kata dan setiap baitnya, membuat kenangan akanmu selalu penuh warna. Sehingga, meskipun singkat, tetap menjadi lukisan sempurna penuh makna.
Wahai putra sulungku,
Sesungguhnya ketegaran dan keikhlasanku melepasmu, terpicu wajah bahagiamu ketika meninggalkan dunia. Membuatku yakin, meskipun teramat berat bagi kami, tetapi kau jauh lebih bahagia di sana, bersama para bidadari-Nya.
Tetapi sayangku, waktu yang berlalu begitu cepatnya, ternyata tidak membuat aku bisa menghilangkan ingatan terhadapmu — bahkan berkurang pun tidak. Sebab, setiap kali melihat satu atau beberapa pemuda pemudi seumuranmu, air mata selalu tanpa sadar mengalir di pipi. Diiringi berbagai kenangan tentang setiap kejadian yang terekam dalam ingatan selama bersamamu. Termasuk penyesalan akan ketidakpahaman, kekurangmengertian dan ketidakadilan yang mungkin kami lakukan sebagai orang tua, baik disadari atau tidak, terhadapmu. Sungguh, itu akan menimbulkan aliran air mata yang berbeda lagi di wajah rapuhku. Membuat tersadar bahwa kami masih harus terus belajar, untuk menjadi orang tua yang dibutuhkan kalian.
Sayangku, kau memang tidak ada lagi di sisi, untuk melihat perubahan yang terjadi dari setiap langkah yang kami lakukan untuk menjadi orang tua yang lebih baik lagi. Berusaha menjadi sahabat, penasehat, pendukung dan pendengar setia serta kesediaan menjadi apapun yang dibutuhkan anak-anak kami tercinta. Tetapi kami yakin, kau tahu perubahan ini dan ikut mengapresiasinya dengan cara berbeda. Sebab kami tahu, kita akan tetap terhubung meski sudah berbeda dunia.
Tahukah sayang, kami selalu mengingatmu, merindukanmu dari waktu ke waktu. Bahkan seringkali aku merasa, kerinduan terhadapmu merupakan rasa terberat yang pernah aku tanggung. Karena tidak seperti kerinduan lain yang bisa dengan mudah mendapat pelipuran, tak ada kompensasi apapun bagi kerinduan terhadapmu. Sehingga, hanya dengan memandangi foto-fotomu, menyaksikan kembali tayangan video gaya reportasemu dan membaca lagi buku kenangan terakhirmu yang bisa sedikit memberi penghiburan atas setiap dukacita yang terasa, setelah kepergianmu.
Percayalah sayang, kami senantiasa mengingatmu. Seperti keyakinan kami bahwa kau selalu ada di sisi, meski dari dunia yang telah berbeda.
Dari keluargamu
yang selalu merindukanmu
meski jutaan menit telah berlalu
sejak kepergianmu.
No Responses