Ketika Kelas Literasi Ibu Profesional mensyiarkan tantangan untuk menulis kenapa suka membaca, Saya merasa rerpanggil untuk ikut bersuara.
Jadi, kali ini Saya ingin bercerita mengapa Saya suka membaca sekaligus menarasikan buku yang baru saja kelar Saya baca.
Kebaikan yang Berkelanjutan
Ada kisah unik di balik perolehan buku ini. Ceritanya begini, beberapa waktu lalu, Saya membaca sebuah postingan seorang Mak Ika yang sedang galau. Waktu itu, begitu saja Saya menawarkan mengirimkan buku antologi karya teman-teman member Ibu Profesional Cirebon Raya sebagai mood booster.
Saya hanya ingin berbagi. Dan buku yang Saya dan teman-teman susun bersama memang lumayan menarik dan memang bisa menjadi mood booster untuk setiap ibu yang butuh penyemangat.
Hehehe bisa jadi saya terlalu pede menilai karya kami. Tapi, begitulah. Saya hanya ingin berbagi kebaikan.
Rupanya, Mak Ika pun sama. Beliau tidak ingin begitu saja menerima kebaikan Saya. Sehingga kemudian kami sepakat saling mengirimkan buku antologi masing-masing.
Itulah kisahnya, sehingga Saya bisa memiliki buku cantik ini. Buku yang menjadi bukti bahwa begitu mudahnya satu kebaikan terjadi dan berlanjut dengan kebaikan lainnya lagi.
Kenapa Saya bilang kebaikan yang berkelanjutan? Sebab, ternyata tidak berhenti dengan saling mengirimkan buku, Mak Ika kemudian memberikan endorsement tentang menariknya buku kami. Sehingga menarik minat beberapa ibu yang ingin juga memiliki buku serupa.
Begitu juga dengan Saya, meskipun tidak secepat ulasan Mak Ika, resensi ini pun Saya buat untuk membalas testimoni Mak Ika yang baik hati. Supaya siapa pun yang membaca akan mendapat manfaat yang sama.
Belajar dari Pengalaman Orang Lain
Kalau ditanya alasan kenapa sangat suka membaca, sebenarnya ada banyak. Di antaranya sebagai hiburan, mencari informasi dan utamanya adalah belajar dari pengalaman orang lain.
Peribahasa bijak mengatakan “pengalaman adalah guru terbaik”. Tetapi, ada yang lebih baik dari itu, “belajar dari pengalaman orang lain adalah guru terbaik”.
Kenapa bisa lebih baik?
Dengan belajar dari pengalaman orang lain, baik itu kesalahan, kegagalan atau apapun yang buruk, kita bisa mendapatkan manfaat terbaik. Karena tidak perlu mengalami keburukan yang sama seperti yang dialami mereka.
Meskipun pembelajaran mengenai konsekuensi atas semua yang dilakukan tetap penting, tetap ada saatnya kita tidak harus memilih mengalami hal-hal buruk tadi.
Seperti itulah manfaat yang Saya dapat dengan membaca buku “31 Masalah Keluarga” yang ditulis Mak Ika bersama kawan-kawannya. Saya jadi tahu, masalah-masalah yang umum dialami mereka, ciri-cirinya, kemungkinan penyebabnya sekaligus tindakan yang bisa dilakukan untuk mengatasinya. Sehingga saya punya rambu-rambu untuk tidak melakukan hal serupa. Atau kalaupun takdir memang harus berlaku juga, saya sudah punya gambaran cara menghadapinya.
Belajar Banyak Hal
Karena judulnya “31 Masalah Keluarga”, buku ini memang berisi tentang masalah keluarga. Tetapi, menariknya setiap masalah tidak dibahas seperti buku how to nya para psikolog. Melainkan disampaikan dalam bentuk kisah (baca: cerpen). Sehingga masalah-masalah keluarga yang dibahas, menjadi lebih real untuk dibayangkan.
Meskipun bercerita tentang masalah keluarga, tidak hanya itu yang bisa dipelajari dari buku ini. Karena ini merupakan buku antologi yang ditulis oleh beberapa orang, Saya selalu bisa belajar teknis menulis dari buku-buku seperti ini.
Selain itu, karena kebanyakan buku antologi seperti ini based on true story, Saya juga bisa belajar mengenai karakter orang dan cara orang-orang saling berinteraksi, yang bisa jadi berbeda dengan yang Saya jalani sehari-hari.
Kita tidak Pernah Sendiri
Yup, salah satu manfaat dari membaca karya-karya antologi seperti ini adalah, kesadaran bahwa bukan hanya kita yang mengalami masalah serupa.
Di luar sana, selalu ada orang yang punya masalah yang sama seperti kita. Sehingga kita memang tidak pernah sendiri. Kalau kita mau sedikit “membuka mata”
Pemikiran bahwa kita tidak sendiri juga akan membuat kita lebih mudah bersyukur. Karena, ternyata ada orang yang lebih menderita dari kita. Bahwa, ternyata kesusahan kita tidak sebesar yang kita kira semula. Walaupun bukan berarti bersyukur di atas penderitaan orang lain ya.
Jadi, beberapa poin itulah yang menjadi alasan kuat Saya sehingga suka membaca. Sekaligus, tentu saja merekomendasikan buku “31 Masalah Keluarga” untuk dimiliki sebagai salah satu bahan bacaan yang baik di rumah. Supaya manfaat yang Saya dapatkan, bisa teman-teman rasakan pula.
No Responses